Jumat, 10 April 2009

Kisah Jurnalis Kampus

PUSINGNYA, SAAT KEJAR DEAD LINE

“Menulis adalah jalan hidupku”, begitu ungkapan salah satu penulis terkenal Eropa tahun 80-an Erskine Caldwell, mungkin ungkapan ini bermakna mengabdikan seluruh hidupnya sebagai penulis atau bermakan lain, entahlah. Bagi saya, menulis adalah hal yang menyenangkan, menulis menjadi alternatif curhat yang aman dan nyaman, bahkan menulis bisa menjadi pendapatan tambahan.
Secara sederhana, kategori penulis bisa dikelompokkan menjadi dua, penulis bebas dan penulis terikat. Penulis bebas biasanya bisa menulis kapanpun dan bagaimanapun. Sedang penulis terikat, mereka ditentukan kapan menulis dan bagaimana gaya penulisanya, wartawan barangkali tergolong kategori kedua. Sebagai penulis terikat, menjadi reporter kampus adalah hal yang menyenangkan, kami diberi kebebasan seluas mungkin untuk berkreasi dan berkarya, tidak seperti pada umumnya wartawan sering mendapat tekanan dari atasanya, di kampus kami dibimbing, dimotifasi untuk menyempurnakan tulisan yang dianggap kurang sempurna.
Sebagai mahasiswa, seyogyanya harus pandai mengatur waktu, selain punya tanggung jawab sebagai reporter, juga dituntut aktif mengikuti kuliah. Tentu tidak bisa mengkambing hitamkan prefesi jurnalis saat kuliah terbengkalai, atau sebaliknya menyalahkan jam kuliah saat tidak mampu menyelesaikan dead line. “Ibarat sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui”, begitulah ungkapan yang pantas disandang seorang jurnalis kampus, tentunya bagi mereka yang sukses membagi waktu kuliah dan menulis secara tertib.
Menyandang status Reporter kampus tidak semudah yang saya bayangkan dulu, walau tidak juga terlalui sulit. Kami dituntut mampu menyelesaikan tulisan dalam tempo yang sudah ditentukan (sesuai Dead line) dan jenis tulisan yang sesuai dengan keinginan Redaksi pelaksana (Redpel), hal yang paling saya benci di dunia jurnalis kampus adalah ketika tulisan tidak beres-beres, sedang batas waktu yang diberikan habis (dead line). Kondisi semacam ini seakan merasa kemana-mana dikejar Redpel, “mana tulisanmu?” sebuah pertanyaan yang selalu akan terngiang dan menjadi beban.
Tidak jarang kantor redaksi menjadi tempat tidur ekslusif bagi reporter kampus. Lupa pulang itu hal yang biasa demi mengejar dead line, ngelembur menjadi menu setiap edisi terbitnya untuk memenuhi tanggung jawab menyelesaikan berita, bahkan lelah dan capek yang menyerang kadang mampu ditepis saat stamina lumayan bagus, tapi terkadang ngelembur bukan pilihan tepat ketika kejar dead line yang bertepatan dengan ujian semester. Kedalanya, karena tenaga dan pikiran sudah terkuras habis disiang hari, dan saat malam tiba tinggal ngantuknya saja waktu menghadapi komputer.
Orang bijak mengatakan, “orang berpengalaman bukan yang banyak mengalami masalah dalam hidupnya, tapi orang yang mampu menangkap setiap kejadian dalam hidupnya dan menjadikanya sebagai pelajaran yang berharga”, berangkat dari peribahasa tersebut, bergelut di dunia jurnalis kampus merupakan nilai lebih yang dimiliki mahasiswa. Sibuk kuliah dan sibuk menulis, dua pekerjaan yang sama-sama mulia. Namun demikian, jika status ganda pada mahasiswa ini tidak menjadikanya semakin semangat dalam kuliah dan menulis, dalam arti salah satunya terbengkalai, maka mereka termasuk orang yang belum mampu memaknai kehidupanya.

Identitas Diri:
Nama : Khusnul Amin
Profesi : Wartawan Kampus, Bestari UMM
Usia : 22 Tahun
Alamat email : aemin_85@yahoo.com
No HP : 085648214720
Alamat : Jl. Tirto Mulyo Gang V
No Rekening : 79105060
Rubrik : Untuk Dimuat di Rubrik WARTEG

Tidak ada komentar: