Jumat, 10 April 2009

Paradigma Ilmu Dalam Wawasan Islam

Oleh : Khusnul Amin*

Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan . kedatanganya dimuka bumi dilengkapi dengan berbagai potensi. Potensi yang paling utama yang membedakanya dengan mahluk lain adalah diberikan-Nya akal, budi, fikiran, cipta rasa, karsa dan karya. Karena potensi inilah manusia diangkat menjadi Khalifah di muka bumi dengan tugas pokok adalah mengurus Alam semesta. Dalam konteks keruangan, manusia dengan alam saling mempengaruhi. Adapun kualitas hubungannya sangat bervariasi, hal ini tergantung sejauh mana penguasaan manusia terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan.
Alam semesta ciptaan tuhan begitu luas idak mungkin manusia dapat menguasainya dan mengungkap semua rahasia yang ada dalam alam ini. Oleh karenanya manusia perlu sadar dan tahu diri dalam mengupayakan pengembangan sains dan teknologi agar tidak terjerumus dalam sebuah lubang kesombongan dan arogansi intelektual karena sudah merasa menguasai sains dan teknologi. Semua usaha-usaaha yang telah dilakukan manusia sesungguhnya bagian dari Sunatullah (hukum alam).
Dalam alquran kata ilmu terulang sebanyak 854 kali (Islam untuk disiplin ilmu manajemen Informatika. 2004). Yang menandakan betapa besarnya perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, namun berbicara mengenai ilmu pengetahuan para kelompok materialisme menganggap sumber ilmu hanya terbatas pada materi-materi yang dapat dijangkau oleh indera atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh akal saja (sunnah, ilmu pengetahuan dan peradaban.2001.halm.117). dalam Islam sumber-sumber ilmu pengetahuan terdiri dari dua sumber yaitu materi dan akal,dan menghargainya sebagai perangkat penting, bahkan sebagai nikmat yang Agung yang dikaruniakan Allah kepada manusia agar mereka mengenal dirinya dan alam sekitar.
Manusia dengan potensi ilmu pengetahuan mampu menyingkap rahasia atau aturan-aturan alam yang dianggap sebagai kesaksian yang paling besar dan bukti paling akurat akan adanya Tuhan yang maha tinggi, yang telah menciptakan sesuatu dan memberinya petunjuk. Allah berfirman yang artinya: “dialah Allah yang mengeluarkanmu dari perut-perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu, lalu ia menjadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan serta hati agar kamu bersyukur”(QS.al-nahl:78) Ia berfirman juga : “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban”.(QS. Al-isra’: 36).
Sains dan teknologi sebagai cabang-cabang budaya
Sejarah mencatat kemajuan sains dan teknologi yang ditemukan dan dikuasai para saintis zaman modern dapat meningkatkan daya dukung lingkungan. Namun kalau dipandang dari sisi lain yaitu sisi Negatif maka yang ada adalah penurunan daya dukung lingkungan, sehingga sampai ke titik akhir diluar batas kemampuanya. Maka yang terjadi adalah ketimpangan lingkungan dalam bentuk kekeringan, tanah longsor, pencemaran dan lain-lain, sebagai akibat dari perilaku manusia yang tidak selaras dengan daya dukung lingkungan yang bersangkutan.
Daya dukung lingkungan bersifat relatif dan lingkungan memiliki keterbatasan. Bila pemanfaatan dan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan tersebut telah melewati batas kemampuan, maka akan terjadi bentuk ketimpangan. Allah berpesan dalam firman yang artinya: “Dialah Allah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kamu dan berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikanya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-baqarah: 29). Ini artinya bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan ini adalah untuk manusia, hanya manusia tentunnya harus mamahami bahwa mereka juga memiliki kewajiban untuk menjaga dan memelihara keseimbangan agar terjadi kelestaian bagi generasi selanjutnya.
Tanggung jawab ilmuan dan ahli teknologi
Dalam sebuah Al-quran dijelaskan bahwa fungsi manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah pada Allah dan sebagai khalifah. Tentunya kalau melihat dari penjelasan ini kita pun dapat tahu bahwa Ilmuan dan para ahli teknologi yang sebagai manusia harus menyadari bahwa potensi sumber daya alam ini akan habis terkuras untuk pemenuhan kebutuhan manusia apabila tidak dijaga keseimbanganya. oleh sebab itu tanggung jawab khalifah banyak bertumpu pada para ilmuan dan ahli teknologi.
Dalam kaitanya dengan tanggung jawab yang dipikulnya, manusia diberikan keistemawaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus menghadapkanya dengan tuntunan kodratnya sebagai makhluk psiko-fisik.(islam untuk disiplin ilmu manajemen informtika: 2004).
Dampak penerapan sains pada lingkungan
Dalam bahasa Ernest haeckel menyebutkan interaksi manusia dengan lingkunganya secara sederhana disebut Ekologi. Dalam konsep ekologi lingkungan dibedakan atas lingkungan biotik ( segala makhluk hidup yang ada di sekitar kita atau mahkluk hidup lain yang terhadap kehidupan kita di bumi) dan lingkungan dan lingkungan abiotik ( segala kondisi yang ada di sekitar makhluk hidup yang bukan berupa organisme hidup). Sedang pada konsep ekologi manusia ada lingkungan alam, sosial dan budaya.
Adapun dampak penerapan sains terhadap lingkungan, yaitu adanya pertumbuhan dan perkembangan persebaran penduduk dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya, telah membawa dampak positif yaitu: sebagai peningkatan kemakmuran serta kesejahteraan pada umumnya dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya lingkungan. Adapun dampak negatif berupa: perusakan lingkungan, seperti erosi, kekeringan, pencemaran, dan lain sebagainya.
Objek sains menurut al-quran
Dalam ranah pengetahuan Qalbu (hati) sebagai Objek sains adalah al-haqq (kebenaran), adapun ranah penegetahuan ‘Aqli (akal) objeknya adalah ‘Anfus (diri sendiri), dan yang terakhir adalah ranah Nafsi (ketrampilan psikomotor) yang mempunyai objek ‘Afaq (cakrawala-cakrawala). Allah berfirman yang artinya : “nanti akan kami perlihatkan pada mereka ayat-ayat kami di cakrawala-cakrawal (al-afaq) dan di dalam diri mereka teranglah bagi mereka kebenaran itu….”.(QS. Fushilat: 53).
Tujuan ilmu menurut al-quran
Dalam pandangan Islam, ilmu yang diterapkan atau teknologi adalah untuk mensyukuri nikmat-Nya yang berupa ilmu yang diajarkan pada orang yang mau membaca tanda-tandanya. Jadi tasykir adalah konsekwensi dari ta’lim. Sedangkan tujuan akhir dari tasykir, yang juga merupakan fondasi dari ta’lim itu, adalah tauhid. Tauhid sebagai sasaranya adalah agama, ta’lim tujuanya adalah sains, dan tasykir adalah teknologi.
Dalam sebuah buku yang membahas lebih khusus tentang Islam dalam ilmu terapan menunjukkan yaitu: manfaat ilmu pengetahuan sangat komplek dan strategis (a). menunjukkan kebenaran, (b). mengenal kebaikan, (c). meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan, (d). meningkatkan harkat dan martabat manusia, (e). menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban, (f). meningkatkan rasa percaya diri,(g). meningkatkan produktifitas kerja, (h). memperoleh amal jariah bila diamalkan,(i). memiliki keunggulan hidup dunia dan akhirat. (Islam untuk disiplin ilmu teknologi. 2004. halm 26-43).


*Pengajar Ekstra kurikuler BTQ di MTs Muhammadiyah I Malang
Alamat: Jl. Bendungan Sutami 188 A Malang
Email: aemin_85@yahoo.com

Tidak ada komentar: