Senin, 06 Mei 2013

Menjaga Hati

Suatu hari terjadi percakapan antara saya dengan seorang senior di kampus, ketika saya masih di bangku kuliah. Di pembicaraan itu, senior saya mengkritik perilaku teman-teman mahasiswa aktivis dakwah yang suka menundukkan pandangannya ketika berbicara dengan lawan jenis. Senior saya berkata, “Katanya jaga hijab… Yang perlu dihijab kan hati. Walau pun tidak melihat tapi hatinya bermain, kan sama saja bohong. Lebih baik hati yang dihijab.” Seperti itu lah kira-kira. Saat itu saya mangut-mangut. Ungkapan itu terdengar logis. Berapa lama kemudian di sebuah pengajian, terdengar kritik dari seorang anggota pengajian (dia adalah senior saya yang lain) kepada para aktivis dakwah kampus yang menyepelekan hijab. “Mereka bilang ghodul qulub (menjaga hati) lebih penting, kemudian menyepelekan ghodul bashor (menjaga pandangan). Padahal yang benar ghodul bashor ilaa ghodul qulub (menjaga pandangan untuk menjaga hati). Jaga pandangan dulu untuk kemudian jaga hati!” Nah lho… saya termangut-mangut lagi. Mana yang benar? Yang ditawarkan oleh senior pertama adalah penjagaan yang langsung di pusatnya: hati, daripada bersusah-susah menjaga pandangan. Tapi menurut senior kedua, tidak mungkin menjaga hati apabila tidak menjaga pandangan. Sejauh mana kita bisa menjaga hati? Yang ditawarkan oleh senior pertama adalah kita mengontrol langsung hati kita sendiri. Pertanyaannya, bisa kah kita mengontrol atau mengendalikan hati kita? Bahwa kondisi hati mengendalikan kita, jelas sekali dalilnya. “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari) Lalu, sekali lagi, sejauh apa kendali kita terhadap hati? Di surat Al-Anfal ayat 24, Allah swt berfirman, “…ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” Maksudnya adalah Allah lah yang menguasai hati seorang hamba. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya rha., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’ Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang merasa ketakutan?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja.’” Dari ayat dan hadits di atas, jelas sekali bahwa hati seorang hamba ada pada kekuasaan Allah swt. Ketika kita diperintahkan untuk menjaga hati, maka kita diperintahkan untuk tidak mengotori hati. Kotornya hati adalah karena maksiat. Maksiat yang kita lakukan seperti noda yang menutupi hati kita. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthofifin : 83) Hati yang tertutup noda maksiat ini akan menjadi hati yang sakit, bahkan berpeluang menjadi hati yang mati. Dengan istighfar dan taubat lah noda yang menutupi hati bisa dibersihkan. Lalu yang termasuk maksiat adalah melihat hal-hal yang diharamkan Allah untuk dilihat. “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”” (QS. An-Nuur : 30-31). Karena itu, saya rasa pernyataan senior yang kedua lebih tepat: ghodul bashor ilaa ghodul quluub (menjaga pandangan untuk menjaga hati). Bagaimana mungkin kita menjaga hati sementara indera kita dibiarkan bermaksiat? ***** Manusia tidak punya kontrol langsung terhadap hatinya. Allah lah yang punya kontrol langsung. Allah bisa membalikkan hati seorang hamba, dari semangat untuk beribadah kemudian hatinya tidak dalam keadaan mood untuk beribadah, atau istilahnya futur. Itulah mengapa Rasulullah saw berdoa agar Allah menetapkan hatinya pada ketaatan, jangan sampai Allah membalikkan hatinya pada ketidak-taatan. Yang diharapkan adalah ketika berada pada masa jenuhnya, seseorang tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. “Setiap amalan ada masa semangatnya, dan masa semangat ada masa jenuhnya. Barangsiapa kejenuhannya kembali kepada sunnahku berarti dia telah berbahagia, dan barangsiapa yang kejenuhannya tidak membawa dia kepada yang demikian maka dia telah binasa.” (HR. Ahmad, lihat Shahih At-Targhib Kendali manusia terhadap hatinya diperantarai oleh perbuatan yang ia lakukan. Manusia tidak bisa secara langsung membersihkan hatinya, melainkan ia terlebih dahulu harus melakukan taubat dan ketaatan-ketaatan yang menyempurnakan taubatnya. Terbolak-baliknya hati manusia ada korelasinya dengan amal yang ia upayakan. Keimanan itu bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan, berkurang karena kemaksiatan. Iman yang turun/berkurang berimplikasi pada keadaan jenuh seseorang. Kejenuhan itu bisa berawal dari kemaksiatan yang ia lakukan. Dan keadaan semangat seseorang terjadi mana kala imannya sedang naik atau bertambah. Hal itu diletupkan oleh ketaatan yang ia perbuat. Oleh karena itu, agar Allah senantiasa memposisikan hatinya pada semangat beribadah, seorang hamba harus berupaya menjaga ketaatannya dan menjaga inderanya untuk tidak bermaksiat kepada Allah sehingga hatinya bersih. Kalau tidak, Allah akan membalikkan hatinya karena hatinya dikerumuni oleh noda-noda maksiat. ***** Kedengkian, riya’, dan dendam, dan penyakit hati lain yang bersarang pada hati kita sebenarnya melewati indera kita terlebih dahulu. Yaitu berawal dari lintasan pikiran. Allah masih mengampuni lintasan pikiran ini. Tapi segeralah berlindung kepada Allah dari penyakit hati dan bertaubatlah dari penyakit hati yang telah terlanjur bersarang. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Allah mengampuni dari umatku terhadap apa yang masih terlintas di dalam hati mereka (Hadits Shahih, Irwaa`al Ghalil VII/139 nomor 2026) Biasanya godaan ingin dipuji muncul setelah beramal sholeh. Kalau kita cepat tersadar, maka pikiran itu tidak akan mengendap di hati. Begitu juga dengan kebencian atau iri hati terhadap orang lain, bersegeralah berlindung kepada Allah saat terlintas pikiran tersebut pertama kali. Kalau terlambat, penyakit itu akan bersarang. Dan penyakit-penyakit itu tidak akan bersarang kecuali kalau pada lingkungan yang memungkinkannya untuk hidup, yaitu hati yang kumuh dan berpenyakit karena kemaksiatan kepada Allah swt. Dan lintasan pikiran itu sendiri tidak akan mudah tercetus kecuali dari pikiran yang sakit, yang diakibatkan oleh hati yang sakit. Kalau pikiran itu terlalu sering melintas, bermuhasabahlah. Khawatirnya hati kita sudah menjadi sarang penyakit. Kalau benar, maka segeralah bertaubat. Jagalah indera kita dari bermaksiat kepada Allah, agar hati kita terjaga kebersihannya. Allahu’alam bish-showab.

yuk, Ghodul Bashor.. Coy

Allah berfirman: أ‌/ قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون/ النور: 30 ب‌/ و قل للمؤمنات يغضضن من أبصارهنّ و يحفضن فروجهن ولا يبدين زينتهنّ إلّا ما ظهر منها وليضربن بخمرهنّ على جيوبهنّ ولا يبدين زينتهنّ إلّا لبعولتهنّ أو ءابآئهن أو ءابآء بعولتهنّ أو أبنآئهنّ أو ابنآء بعولتهنّ أو إخوانهنّ أو بنى إخوانهنّ أو بنى أخواتهنّ أو نسائهنّ أو ما ملكت أيمانهنّ أو التابعين غير أولى الإربة من الرجال أو الطفل الذين لم يظهروا على عورات النساء ولا يضربن بأرجلهنّ ليعلم ما يخفين من زينتهنّ و توبوا إلى الله جميعا أيها مؤمنون لعلكم تفلحون/ النور:31 ت‌/ و القواعد من النساء اللاتي لا يرجون نكاحاً فليس عليهنّ جناح أن يضعن ثيابهنّ غير متبرّجاتٍ بزينةٍ و أن يستعففن خيرٌ لهنّ و الله سميعٌ عليمٌ/ النور: 60 “Ghodul Bashor” Dalam ayat diatas Allah SWT menggunakan kalimat “من أبصارهنّ”/”من أبصارهم” yaitu “min” yg menunjukkan sebagaian, oleh karena itu: “Allah SWT tidak memerintahkan kita untuk menggunakan penglihatan kita dengan segala jangkauan dalam melihat, melainkan menggunakannya dalam aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh syari’at islam. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits nya: “إيّاكم و الجلوس على الطرقات” قالوا : يا رسول الله لابد لنا من مجالسنا نتحدث فيها فقال رسول الله صلى الله عليه و سلّم : إن أبيتم فأعطوا الطريق حقه قالوا : فما حقه؟ قال: غض البصر, و كف الأذى, و رد السلام, والأمر با المعروف و النهي عن المنكر Dalam hadits tersebut terdapat perintah untuk tidak membuat suatu” majlis” atau “kumpulan” atau istilah sekarang disebut “kongkow”di jalanan umum, asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan, yaitu: 1. Menahan pandangan (Ghodul Bhashor). 2. Tidak mencelakai orang lain (Kafful Adza). 3. Menjawab salam (Roddus Salam). 4. Amar ma’ruf nahi munkar . Maka dari itulah diperintahkan bagi seorang muslim untuk menjaga pandangannya. Seorang laki-laki akan berdosa apabila melihat aurat wania, begitu juga sebaliknya seorang wanita akan berdosa apabila melihat aurat laki-laki. Dan seorang laki-laki akan berdosa apabila melihat aurat laki-laki lainnya, begitu juga seorang wanita terhadap wanita lainnya. Sebagaimana dalam hadits: (لا ينظر الرجل إلى عورة الرجل, و لا تنظر المرأة إلى عورة المرأة) Adapun Aurat Laki-Laki: Mulai dari pusar sampai ke lutut, sebagaimana dalam hadist: Dari Abi Ayyub al-Anshory rosulullah SAW bersabda: عورة الرجل ما بين سرّته إلى ركبتيه Adapun Aurat Wanita: Yaitu seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, sebagaimana dalam hadist: (إنّ المرأة إذا بلغت المحيض: لم تصلح أن يرى منها إلّا هذا و هذاو و أشار إلى وجهه و كفّيه)**** Pengecualian Dalam Ghodul Bashor: Ada dua pengecualian yang dibolehkan islam dalam Ghodul Bashor, yaitu: 1. Pandangan sepintas / النظرة المفاجأة. Adapun maksudnya adalah pandangan yang terjadi secara tidak sengaja atau tiada bermaksud, Rasulullah SAW berkata kepada sayidina Ali R.A : يا علي لا تتّبع النظرة النظرة, فإنّ لك الأولى, و ليس لك الأخرة 2. Dalam beberapa hal tertentu yg di boleh kan syari’at. Seperti dalam mengkhithbah, Rasulullah SAW bersabda: إذا خطب أحدكم المرأة, فلا جناح عليه أن ينظر إليها, إذا كان إنّما ينظر إليها للخطبة Atau dalam hal yg lain yang termasuk dalam keadaan yang mengharuskan (dlururot) seperti seorang dokter kepada pasien, qodli yang harus melihat saksi, dan sebagainya. Menundukkan pandangan (gadhul bashar) GA : Gaul boleh-boleh aja genk, tapi kudu tetap nyar’i lho, jangan coba-coba mendobrak norma dan etika..ntar bisa celaka ding! buahayoo.. D : Dimulakan dengan Basmallah, disudahi dengan Alhamdulillah, Begitulah sehari dalam hidup kita mudah-mudahan diberkahi Allah.(Lho? inikan lagunya RAIHAN! silahkan dilanjutkan:) Pokeke dalam bergaul, Allah jangan dilupakan deh, lage pula Allah ada dimana-mana koq jd qt kudu takut kalo berbuat yang gak di ridhoi Allah. Biarin deh dicuekin makhluk asal Allah gak nyuekin qt. H : Hati-hati jaga hati !! jangan sampe hati qt yang berwarna merah berubah jadi merah jambuu..hehe. Alasannya cuma temen but dihati siapa yang tau…?karena si syetan bisa menyamarkan niat qt yang bila gak diimunkan bisa terjangkit virus MJ. U : Utamakan hubungan dalam urusan kebaikan dan ketakwaan, bukan yang beraroma dosa dan yang sia-sia. L : Lupakan yang buruk, ambillah yang baik. Tiada yang lebih berharga dari cinta karena Allah semata. Sucikan niat menyongsong ukhuwah nan indah. A : Awas sekali kena panah asmara, hati yang kuatpun akan meleleh. Tesss…habis deh! Qt kudu jeli menghindari panah-panah setan. Sekali ditancap panah asmara, keracunan bakalan lama, orang sekampung bisa kena imbasnya..parah coy! S : Sekali-kali jangan main api kalo takut terbakar!! hiii takuut..Jangan pelihara kalo udah ada virus MJ bercokol di hati, bisa berabe, cepat-cepat diobati dengan antibiotik keimanan. H : Harus tegas pada diri sendiri jika gejala-gejala keluar jalur sudah mulai terasa.Taubat bila terlanjur bergelimang resah gelisah yang gak sah! nurani tidak akan membohongi kita. A : Awasi bisik-bisik bujuk dari The big boss of trouble maker : Iblis! sekali terbujuk alamat bakal dihajarr malapetaka. Ayoo..usir jauh-jauh tuh musuh, jangan dipelihara. R : Rajin-rajin ngaji ya?! biar slalu ada yang mengingatkan qt ke jalan aman sentosa dan sejahteraaa… SeLaMaT GaDhUL BAsHAR… Dalil-dalil a. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” ( HR.Ahmad) b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya??” (QS.24: 30) c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya??” ( QS.24: 31) d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.” e. Rasulullah saw. Bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.” (HR Ahmad) f. “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (Al Ahzab: 32) Menundukkan pandangan (gadhul bashar) GA : Gaul boleh-boleh aja genk, tapi kudu tetap nyar’i lho, jangan coba-coba mendobrak norma dan etika..ntar bisa celaka ding! buahayoo.. D : Dimulakan dengan Basmallah, disudahi dengan Alhamdulillah, Begitulah sehari dalam hidup kita mudah-mudahan diberkahi Allah.(Lho? inikan lagunya RAIHAN! silahkan dilanjutkan:) Pokeke dalam bergaul, Allah jangan dilupakan deh, lage pula Allah ada dimana-mana koq jd qt kudu takut kalo berbuat yang gak di ridhoi Allah. Biarin deh dicuekin makhluk asal Allah gak nyuekin qt. H : Hati-hati jaga hati !! jangan sampe hati qt yang berwarna merah berubah jadi merah jambuu..hehe. Alasannya cuma temen but dihati siapa yang tau…?karena si syetan bisa menyamarkan niat qt yang bila gak diimunkan bisa terjangkit virus MJ. U : Utamakan hubungan dalam urusan kebaikan dan ketakwaan, bukan yang beraroma dosa dan yang sia-sia. L : Lupakan yang buruk, ambillah yang baik. Tiada yang lebih berharga dari cinta karena Allah semata. Sucikan niat menyongsong ukhuwah nan indah. A : Awas sekali kena panah asmara, hati yang kuatpun akan meleleh. Tesss…habis deh! Qt kudu jeli menghindari panah-panah setan. Sekali ditancap panah asmara, keracunan bakalan lama, orang sekampung bisa kena imbasnya..parah coy! S : Sekali-kali jangan main api kalo takut terbakar!! hiii takuut..Jangan pelihara kalo udah ada virus MJ bercokol di hati, bisa berabe, cepat-cepat diobati dengan antibiotik keimanan. H : Harus tegas pada diri sendiri jika gejala-gejala keluar jalur sudah mulai terasa.Taubat bila terlanjur bergelimang resah gelisah yang gak sah! nurani tidak akan membohongi kita. A : Awasi bisik-bisik bujuk dari The big boss of trouble maker : Iblis! sekali terbujuk alamat bakal dihajarr malapetaka. Ayoo..usir jauh-jauh tuh musuh, jangan dipelihara. R : Rajin-rajin ngaji ya?! biar slalu ada yang mengingatkan qt ke jalan aman sentosa dan sejahteraaa… SeLaMaT GaDhUL BAsHAR… Dalil-dalil a. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” ( HR.Ahmad) b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya??” (QS.24: 30) c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya??” ( QS.24: 31) d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.” e. Rasulullah saw. Bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.” (HR Ahmad) f. “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (Al Ahzab: 32)