Sabtu, 05 September 2009

menjadi guru yang baik atau tidak sama sekali

24 juli secara mengejutkan saya mendapat telphone dari dekan FAI, Drs.Khozin, M.Si, yang dalam percakapan kami di telfon membicarakan ihwal masa depan saya. saya bingung saja saat ditanya mau kemana setelah lulus, sehingga jawaban saya tidak jelas, saya bilang tidak tahu pak, kenapa? saya tanya pada beliau. kalau kamu mau tinggal di malang ada peluang ngajar di sekolah yang bentar lagi bertaraf internasional dan jumlah siswanya 1.800 siswa, kata Pak Khozin. wow.. terkejut saja saya mendengarnya. sontak impian-impian saya untuk menjadi reporter di jakarta lenyap dalam sekejap. karena pikir saya kesempatan empuk seperti ini tidak hadir dua kali dan tidak semua calon sarjana mendapatkannya. akhirnya saya terima tawaran tersebut dan segeralah syarat-syarat untuk masuk ke sekolah tersebut aku penuhi. setelah melalui tes 5 tahap, barulah pihak sekolah menyatakan saya layak ngajar di sana. sedih bercampur gembira hati saya,waktu itu. disatu sisi saya secara mental masih sangat ijo. saya masih suka main-main,masih suka kumpul-kumpul dengan mahasiswa untuk berdebat. dengan segera status guru akan saya sandang, yang artinya saya harus sudah mulai menjaga sikap, menjaga akhlak, menjadi contoh dan harus selalu tampil dewasa. pada sisi lain,saya mendapat peluang emas yang tidak semua calon sarjana bisa mendapatkannya. luarbiasa. rekan-rekan yang sehari-hari hidup bersama saya pun kaget dan memberi semangat serta motivasi bahwa kesempatan ini harus diambil. so,saya kuatkan dalam hati untuk menjadi guru yang baik atau tidak sama sekali.

Tidak ada komentar: