senandung nyanyian hati seorang pengembara senantiasa terdengar oleh sang puteri
bisik lembut yang diiringi tangisan mata raga menjadikan kepiluan hati sang puteri
kemana pelarian kan berakhir disaat begitu sulit ditemukan lagi pelabuhan?
bukankah perahu ini harus istirahat?
bukankah sang nahkoda sudah saatnya mengambil air untuk minum?
bukankah sudah saatnya diadakan perbaikan perahu?
tapi...
entahlah,semua seakan sulit untuk dimulai
mata perih akibat teriknya mentari terus mengganggu
hidung meler akibat kedinginan tiap hari terus menggelayuti
aduh,ternyata sudah jam 7,saatnya berangkat
macet lagi
manusia sudah mulai mati empati untuk sekadar menghargai pengguna jalan lain
bukankah milik bersama mustinya dijaga bersama?
bukannya diruska bersama,kan.. kalo merasa memiliki
hujan turun pula
jas hujan tidak bawa pula
aduh,beli lagi
uang dikantong menipis lagi
udah nyampai tujuan,kecewa lagi karena tidak sesulit dugaan
berfikir sulit karena ditakut-takuti sistem lembaga
kecewa terus pokoknya
tiap hari hanya kecewa
kapan datang kepastian hidup?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar