Kamis, 23 April 2009

Mata

Mata adalah jendela hati. sikap yang berasal dari suasana hati sering kali muncul dari stimulus mata. dari sini lah sehingga muncul istilah mata sebagai jendela hati. bak jendela rumah yang musti dijaga agar tidak kotor oleh debu, maka mata pun harus dipelihara dari debu-debu pemandangan yang memburamkan hati. soal mata dan hati, terdapa kisah menarik. suatu hari, seluruh anggota badan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. ketika sang Mata ditanya oleh Allah, kenapa kamu banyak bermaksiat ya Mata? kemudian mata menjawab, saya bermaksiat karena ada dorongan hati untuk melihat dan memuaskan hasratnya. mendengar pernyataan itu, hati pun protes dan menyerang balik. mata telah memfitnah saya ya Allah, mata lah penyebab utama kemaksiatan kami. yang pertama melihat maksiat adalah mata, dan mata lah yang kemudian memaksa hati untuk kembali melihat karena kejelalatannya. tapi,hatilah yang keterusan ya Allah, sahut sang mata. saya ini kodratnya melihat, dan hatilah yang memiliki sikap untuk menikmatinya kembali atau menyelamatkan kami semua. bukankah hati punya timbangan (filter) ya Allah. jadi hati lah yang salah. tidak, kata hati. saya sudah menimbang untuk menyelamatkan diri dari sesuatu yang merusak, tapi toh mata tetap saja melihat kemana-mana yang sepertinya memancing hati untuk terlena dengan keindahan yang menyesatkan. pokoknya mata yang menstimulus dan mata yang harus bertanggungjawab. perdebatan mereka berlangsung semakin sengit dan tidak ada yang mau mengalah. akhirnya Allah menyelah mereka: "Ala bidzikrillahi tathma'innul qulub"

Tidak ada komentar: